Kamis, 23 Juni 2022

PT Equityworld Futures : Minyak Anjlok 2% Lagi Hari Ini, Investor Khawatir Resesi Terus Tumbuh

Equityworld Futures - Minyak anjlok di Asia. Investor kembali khawatir bahwa pengetatan kebijakan moneter dapat memicu resesi dan mengurangi permintaan bahan bakar.

Harga minyak Brent jatuh 2,31% ke $109,16 per barel dan harga minyak WTI anjlok 2,61% di $103,42 per barel.

Investor khawatir terhadap resesi yang timbul karena pengetatan kebijakan moneter. Federal Reserve AS tidak tengah mencoba memicu resesi untuk menjinakkan inflasi tetapi berkomitmen penuh untuk menurunkan harga, Ketua Fed Jerome Powell.

"Pasar minyak tetap di bawah tekanan lantaran investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga AS akan menghambat pemulihan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar," Kepala Analis Fujitomi Securities Co. Ltd. Kazuhiko Saito mengatakan kepada Reuters.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Turun Kamis, Investor Nilai Kenaikan Suku Bunga Agresif dari The Fed

“Hedge fund AS dan Eropa telah menjual posisi mereka menjelang akhir kuartal II, yang juga menenangkan sentimen investor,”

Presiden AS Joe Biden meminta Kongres AS untuk sementara menangguhkan pajak federal atas bensin guna menurunkan harga bahan bakar yang melonjak dan memberikan beberapa bantuan kepada keluarga Amerika sebelum puncak musim panas.

“Berita itu untuk sementara mendorong harga produk minyak, tetapi kemudian dilihat bahwa bahkan jika pajak bensin ditangguhkan, harga ritel akan tetap tinggi, sehingga sulit untuk merangsang permintaan,”

Data pasokan minyak mentah dari American Petroleum Institute menunjukkan peningkatan 5,607 juta barel untuk pekan terakhir 17 Juni.

Data minyak mingguan Badan Informasi Energi AS akan ditunda hingga setidaknya minggu depan karena masalah sistem.

 

 

 Equityworld Futures

Rabu, 22 Juni 2022

PT Equityworld Futures : Harga Minyak Jatuh 3%, Ini Langkah Biden Turunkan Biaya BBM AS

Equityworld Futures - Minyak anjlok di Asia. Kabar terbaru komoditas ini yakni, Presiden AS Joe Biden akan mendorong pemotongan biaya bahan bakar di AS.

Harga minyak Brent anjlok 3,03% di $111,18 per barel dan harga minyak WTI jatuh 3,37% di $105,83 per barel.

Presiden AS Joe Biden diharapkan akan meminta Kongres AS untuk menangguhkan sementara pajak federal atas bensin agar bisa menurunkan harga bahan bakar yang mengalami lonjakan saat ini dan mengurangi tekanan bagi para konsumen.

“Bahkan trader minyak mengakui bahwa harga minyak tinggi juga harga bensin yang tinggi akan menyebabkan ancaman bagi dua upaya dari langkah agresif Fed (AS) yang mendorong suku bunga lebih tinggi dan pemerintahan Biden semakin kreatif di bidang politik dan fiskal untuk menjinakkan tekanan inflasi energi,” Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes menyatakan kepada Reuters.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Turun Rabu Jelang Testimoni Ketua Fed Powell

Tujuh perusahaan minyak akan bertemu Biden, kini ada di bawah tekanan dari Gedung Putih untuk menurunkan harga bahan bakar.

Namun, Chief Executive Officer perusahaan energi Chevron Michael Wirth mengatakan pada hari Selasa bahwa mengkritik industri minyak bukanlah cara untuk menurunkan harga bahan bakar.

“Tindakan ini tidak bermanfaat untuk memenuhi tantangan yang kita hadapi,”

Sementara, karena sanksi minyak Eropa terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina belum berlaku, pasokan masih akan semakin terbatas.

“Pasar masih berdamai dengan meningkatnya gangguan terhadap minyak Rusia. Sanksi Eropa belum berlaku". 

 

 

Equityworld Futures

Selasa, 21 Juni 2022

PT Equityworld Futures : Minyak Kian Melonjak Selasa, Masalah Kurangnya Pasokan Jadi Perhatian

Equityworld Futures - Minyak naik di Asia di tengah meningkatnya kekhawatiran atas keterbatasan pasokan.

Harga minyak Brent kian naik 0,97% di $115,24 per barel dan harga minyak WTI melonjak 1,99% ke $110,14 per barel menurut data Investing.com.

Investor khawatir mengenai ketatnya pasokan akibat Barat memberlakukan sanksi terhadap minyak Rusia. Pertanyaan juga tetap muncul tentang bagaimana produksi Rusia mungkin jatuh karena sanksi atas peralatan yang dibutuhkan untuk produksi, kata para analis.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Naik Dolar Melemah, Prospek Moneter Tetap Tak Pasti

"Pasar tetap berhati-hati terhadap gangguan minyak Rusia karena sanksi Eropa mulai berlaku,

Pasar tengah meninjau ketegangan antara kekhawatiran pasokan dan ketidakpastian atas pertumbuhan global dalam menghadapi inflasi dan kenaikan suku bunga, kata para analis. China juga kembali menghadapi wabah COVID-19 di kota-kota termasuk Shenzhen, yang menambah kekhawatiran atas permintaan minyak yang lebih lemah.

"Ini adalah ketegangan yang akan kita lihat berlangsung selama sisa tahun ini," Ekonom Senior Westpac Justin Smirk.

“Ada ketakutan akan resesi, tapi kita tidak di sana. Kita masih menjalani pemulihan,”

Investor sekarang menunggu data pasokan minyak mentah AS dari American Petroleum Institute, yang akan dirilis hari ini.

 

 

 Equityworld Futures

Senin, 20 Juni 2022

PT Equityworld Futures : Outlook dan Tinjauan Harga Logam Mulia & Energi: 20 Juni - 24 Juni

Equityworld Futures - Spekulasi daripada fakta: Inilah alasan pergerakan harga yang berlebihan di pasar mana pun, utamanya komoditas. Bagaimana jika 25% dari harga minyak saat ini terdiri dari spekulasi oleh trader terbesar di Wall Street tetapi tidak diatur secara memadai? Bagaimana jika spekulasi itu ditutup? Akankah minyak per barel dari $110 menjadi $80? Membuat penasaran? Baca terus.

Ketika trader komoditas terjebak dalam pergolakan kegelisahan resesi AS mengirim satu barel minyak turun lebih dari $10 untuk minggu lalu, sebuah laporan investigasi oleh TYT Network yang muncul di salon.com mengatakan segelintir anggota Kongres Demokrat AS telah mengalihkan perhatiannya juga ke celah perdagangan misterius yang mungkin membantu mendorong harga bahan bakar dan makanan di luar pembenaran.

Celah itu, yang disebut Footnote 563 di bawah pedoman aturan perdagangan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi, atau CFTC, telah ditandai pemerintahan Biden oleh Perwakilan Demokrat California Ro Khanna, yang menginginkannya ditutup.

Menurut ahli materi aturan CFTC yang diwawancarai oleh TYT, Footnote 563 prinsipnya memungkinkan perusahaan keuangan terbesar di Wall Street untuk membanjiri penetapan harga yang sehat dengan volume swap besar berbasis komoditas - yang pada dasarnya berspekulasi pada harga komoditas.

Di pasar yang sehat, pembeli dan penjual menetapkan harga dengan mencari jalan tengah di antara mereka. Satu pihak menginginkan harga rendah, pihak lain menginginkan harga tinggi. Masalahnya adalah pembeli dan penjual minyak dan komoditas lainnya kalah jumlah sekitar 10 banding satu oleh trader Wall Street, tidak ada yang memiliki insentif pembeli asli untuk menjaga harga tetap rendah, karena hanya sedikit dari mereka yang benar-benar membelinya; mereka kebanyakan berspekulasi.

Karena jumlah trader yang dideregulasi secara dramatis melebihi jumlah mereka, pembeli dan penjual asli hampir tidak relevan sekarang dalam hal menetapkan harga, kata Michael Greenberger, mantan direktur perdagangan dan pasar di CFTC. Footnote 563 adalah apa yang menyebabkan Ukraina dan masalah pasokan lainnya menciptakan dampak besar yang tidak proporsional pada harga, Greenberger mengatakan secara virtual yang diselenggarakan baru-baru ini oleh Americans for Financial Reform.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Naik, Dolar AS Bergerak Melemah

Yang pasti, sanksi tidak hanya pada Rusia tetapi juga Iran dan Venezuela, serta perselisihan sipil di Libya, semuanya menekan pasokan minyak mentah dunia saat permintaan kembali ke level tertinggi sebelum pandemi. Masalahnya adalah bank dan trader Wall Street memperkuat lonjakan harga dari situasi minyak yang ketat ini di mana pasar berjangka berfungsi akan melindungi mereka.

Masalahnya bukanlah keserakahan perusahaan, seperti yang disebut oleh Presiden AS Joe Biden dan Demokrat. Atau, setidaknya, bukan keserakahan perusahaan yang mereka pikirkan.

Di pasar yang sehat, mengeksploitasi harga akan mengilhami pembiayaan murah yang kompetitif, terutama dengan bensin berada di rekor tertinggi di atas $5 per galon. Teorinya, trader grosir bensin yang oportunistik dapat mencoba menjaring pelanggan baru dengan menurunkan harga pesaingnya yang mengeksploitasi harga. Tetapi bahkan jika beberapa trader grosir melakukan tersebut, itu tidak akan menggerakkan harga pasar, karena penjualan bensin sangat rendah dibandingkan dengan spekulasi Wall Street.

Seperti yang dikatakan Greenberger dalam pidatonya minggu lalu, perusahaan minyak kemungkinan mendapat keuntungan dari lonjakan harga, tetapi mereka bukan penggerak utama.

Dan Greenberger memiliki lebih dari sedikit pengalaman dengan masalah ini. Ia memainkan peran serupa di masa lalu ketika gas mencapai $4 per galon, merujuk kelemahan peraturan yang disebut "celah Enron" yang membuat Wall Street berspekulasi terhadap energi. Pada tahun 2008, kedua calon presiden, John McCain dan Barack Obama berjanji untuk menutup celah Enron. Kemudian, krisis keuangan meletus dan minyak naik di $147 per barel pada Juli 2008 menjadi di bawah $33 pada Januari 2009. Bank-bank Wall Street dengan sendirinya menutup meja perdagangan komoditas dan peraturan keuangan yang kaku melakukan sisanya.

Meskipun demikian, pada Februari 2011, Arab Spring dan perang Libya yang mendahului jatuhnya Muammar Gaddafi membawa minyak kembali ke $100 per barel. Harga tetap di antara level itu dan $90 hingga akhir 2014. Namun bank-bank Wall Street tidak memperdagangkan komoditas seperti sebelumnya. Dan harga bensin jarang melampaui $3,50 per galon. Jadi, inflasi bukanlah masalah; pada kenyataannya, Federal Reserve berharap bahwa akan bisa mencapai target inflasi 2% per tahun dan memotong suku bunga di bawah siklus pelonggaran kuantitatif yang berlangsung dari 2008 hingga 2014. Bahkan petinggi hawkish fiskal berpengaruh saat itu mungkin telah berjuang untuk membayangkan kondisi saat ini. inflasi 8% per tahun.

Kemudian sesuatu yang lain terjadi: Harga minyak jatuh dari tahun 2014 dan tidak akan kembali ke $100 setidaknya selama tujuh tahun.

Meskipun pasar relatif tenang saat itu, Greenberger mengatakan CFTC di bawah Obama menemukan Footnote 563 sebagai potensi bahaya baru setelah celah Enron. Ia mengatakan Asosiasi Swap dan Derivatif Internasional mengukir celah untuk diri mereka sendiri ketika CFTC menerjemahkan Undang-Undang Reformasi Dodd-Frank Wall Street era krisis keuangan ke dalam aturan dan peraturan.

CFTC menemukan celah tersebut pada Oktober 2016. Pada saat itu, bank-bank terbesar di Wall Street dapat menghindari regulasi hampir semua swap mereka dengan mengeksekusinya melalui afiliasi yang mereka klaim berada di luar negeri dan diklaim tidak didukung oleh perusahaan induknya. Tak satu pun dari klaim itu benar, dan dalam beberapa kasus afiliasi itu sendiri nyaris tidak ada di luar selembar kertas, kata Greenberg.

Ia mengatakan CFTC memulai proses mencoba menutup celah sebelum krisis keuangan berikutnya meletus. Tapi ada masalah lain. Kemenangan Donald Trump pada pemilihan umum November 2016 dan kebijakan deregulasi presiden Republik tersebut membunuh semua kemajuan dalam penutupan Footnote 563. Celah itu dimanfaatkan oleh bank-bank Wall Street sebelum harga negatif bersejarah minyak saat krisis Covid-19 pecah. Footnote 563 juga mempercepat produksi minyak dari $77 per barel pada bulan Desember menjadi $130 pada bulan Maret, terlepas dari situasi Ukraina, kata Greenberger.

Mantan pejabat CFTC itu mengatakan badan tersebut masih bisa mengambil tindakan cepat untuk memperbaiki celah tersebut. Faktanya, kata Greenberg, pemerintahan Biden tidak perlu melakukan lebih dari sekadar mengucapkan beberapa patah kata di depan umum untuk mempengaruhi dampak dramatis pada harga gas dan lainnya. "Jika mereka hanya [mengatakan], 'Hei, ini sedang terjadi, ini buruk, kita akan melihatnya,' saya pikir harga minyak akan turun setidaknya 10% setelah pengakuan itu, mungkin 25%."

Itu karena hanya prospek perhatian peraturan yang bisa menakuti bank dan perusahaan keuangan besar lainnya yang berspekulasi pada harga gas. (Greenberger mengutip Goldman Sachs, Citigroup, Bank of America dan JPMorgan Chase; ekuitas swasta juga ada dalam permainan.)

Solusi jangka pendek Greenberger adalah agar pemerintah menangani masalah tersebut secara publik. Perbaikan jangka panjang adalah mengatur ulang swap tersebut.

Minyak: Penutupan dan Aktivitas Pasar

Harga minyak mentah jatuh sebanyak 9% pada minggu lalu kala pasar minyak mengalami penurunan terbesar sejak April di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi di Amerika Serikat imbas kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve untuk mengekang inflasi pada level tertinggi 40 tahun.

West Texas Intermediate yang diperdagangkan di New York, patokan untuk minyak mentah AS, turun $7.11, atau 6%, di $110,48 per barel. Untuk minggu lalu, WTI turun hampir 9%, untuk mencatatkan kerugian mingguan pertama sejak April.

Minyak Brent yang diperdagangkan di London, patokan minyak global, turun $6,2, atau 5,1%, menjadi $113,61. Untuk minggu lalu, Brent anjlok lebih dari 7% untuk mengalami penurunan mingguan pertama juga dalam dua bulan.

WTI melonjak awal pekan lalu ke level puncak tiga bulan di $123,18, tertinggi sejak kenaikan Maret menjadi hampir $130 setelah dimulainya konflik Rusia-Ukraina. Brent mencapai $125,16, setelah puncak Maret, yang merupakan titik tertinggi dalam 14 tahun.

Analis teknikal telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa harga WTI dan Brent sangat overbought karena kedua patokan minyak mentah masing-masing naik sekitar $20 selama delapan minggu terakhir. Perdagangan minyak tampaknya memperhatikan peringatan serius pada hari Jumat setelah produksi pabrik AS turun untuk bulan kelima berturut-turut, kala perusahaan berjuang dengan masalah kemacetan rantai pasokan dan biaya tinggi, meskipun produksi industri itu sendiri meningkat.

Kepala divisi Federal Reserve untuk Minneapolis, Neel Kashkari, sementara itu mengingatkan bahwa bank sentral mungkin perlu lebih agresif dengan suku bunga jika inflasi AS tidak turun dari level tertinggi empat dekade.

Itu adalah tanda bahwa kenaikan suku bunga 75 bps bulan Juni - yang terbesar dalam 28 tahun - dapat diikuti oleh kenaikan yang lebih besar, meskipun Ketua Fed Jerome Powell memberikan jaminan awal pekan lalu bahwa tidak akan ada lagi kenaikan besar-besaran tahun ini dan penurunan suku bunga sebenarnya bisa terjadi pada awal 2024.

Ekonomi AS telah menunjukkan pertumbuhan negatif sebesar 1,4% untuk kuartal I. Jika tidak kembali ke positif pada kuartal II, Amerika Serikat secara teknis akan berada dalam resesi, mengingat hanya dibutuhkan dua kuartal berturut-turut pertumbuhan negatif untuk membuatnya disebut resesi.

“Resesi semakin mungkin terjadi karena bank sentral berlomba untuk menaikkan suku bunga sebelum inflasi lepas kendali,” Craig Erlam, analis di platform perdagangan online OANDA, mengatakan ketika Bank Sentral Eropa (ECB) mengindikasikan tiga kenaikan suku bunga besar juga untuk tahun 2022 lebih baik daripada alternatifnya; stagflasi.”

Sementara dunia, khususnya Amerika Serikat, belum berada dalam lingkungan stagflasi, di mana harga terus naik sementara ekonomi terus jatuh, istilah tersebut telah “terlalu banyak dilontarkan dalam beberapa bulan terakhir, yang mungkin menyoroti kegelisahan di sekitarnya,”

"Risiko salah satunya meningkat, itulah sebabnya bank sentral semakin menerima tindakan mereka yang mendorong ekonomi ke dalam resesi,"

Saat invasi Ukraina dan sanksi Barat berikutnya terhadap eksportir energi utama Rusia telah memperburuk ketatnya pasokan minyak mentah global, reli minyak tahun ini telah melampaui keterjangkauan banyak negara konsumen miskin, kata para analis.

Di Amerika Serikat, ukuran terbaik beban publik dari reli adalah harga pompa bensin, atau bensin, yang melebihi $5 per galon untuk pertama kalinya bulan ini. Banyak stasiun BBM AS, terutama di negara bagian Pantai Barat seperti California, menjual hampir $6 per galon, kata American Automobile Association. Diesel bahkan lebih tinggi di California, di atas $7 per galon.

"Ini gila, apa yang telah dilakukan para bull,"

“Saya tahu kita mengalami defisit global dalam minyak tetapi serius, berapa banyak lagi yang Anda ingin konsumen bayar?” sergah Kilduff. “Ada batas untuk hype ketatnya pasokan. Saya cukup yakin bahwa kita akan mendengar teriakan 'oversold' dari sisi lain setelah ini dan kita bisa melompat beberapa dolar atau lebih setelah akhir pekan. Tapi ini adalah pengingat yang baik bahwa masih ada beberapa isi kepala yang waras di pasar yang memeriksa semua data ekonomi makro yang masuk, dan bereaksi sesuai dengan itu.”

Di antara "sisi lain" itu adalah Kepala Analis Komoditas Goldman Sachs Jeff Currie, yang telah menonjol di Wall Street terkait minyak dalam menyerukan harga minyak mentah yang lebih tinggi sebelum kehancuran permintaan nyata dapat terjadi.

Beberapa kenaikan minyak juga tetap tidak terganggu oleh aksi jual.

"Kecuali jika ekonomi mengalami kehancuran total, penurunan harga itu seharusnya menjadi peluang untuk menempatkan posisi bullish jangka panjang," analis di Price Futures Group Chicago, yang menunjukkan bahwa permintaan minyak selama sebagian besar resesi tidak turun lebih dari 2%.

Minyak: Prospek Harga

Pergerakan harga di minggu lalu telah mengonfirmasi pola DOJI bearish di WTI yang terbentuk pada minggu sebelumnya.

Ia mengatakan uji support $100 untuk minyak mentah AS tidak dapat diabaikan.

"Kami melihat penurunan drastis $15 di WTI dari $123,66 menjadi $108,25," menambahkan bahwa pembacaan stokastik 54/65 pada grafik mingguan dan 30/8 pada grafik harian memperkuat potensi volatilitas minyak mentah AS dan suasana bearish.

Penutupan di bawah Exponential Moving Average 50 Hari di $109,83 adalah tanda bearish lainnya.

Di sisi lain, ia mengatakan WTI dapat menunjukkan pembalikan kembali dari Bollinger Band tengah mingguan di $106 dan berbalik kembali ke level $113 - $116 - $119.

“Jika itu terjadi, penjual dapat mengaktifkan kembali putaran pukulan lain untuk pergerakan lebih rendah berikutnya, yang menargetkan Simple Moving Average 200 Hari di $101,”

Emas: Penutupan Pasar dan Prospek Harga

Emas berjangka bulan depan untuk Agustus di Comex New York ditutup turun $8,00, atau 0,4%, di $1,841,90.

Untuk minggu lalu, kontrak berjangka emas patokan turun 1,9%.

Dixit mencatat bahwa aksi harga selama seminggu dalam emas melihat logam kuning melewati melalui channel ascending rectangular naik $75 yang terbentuk setelah level tertinggi April Comex di $1.998 ketika logam tidak dapat menembus $2.000.

“Channel naik seperti itu sering cenderung bearish dengan potensi penurunan lagi jika support ditembus dengan pasti,”

Dixit juga mencatat bahwa aksi harga mingguan mengindikasikan kelanjutan bearish dari penutupan logam di bawah Exponential Moving Average 50 Hari di $1.851 dan Simple Moving Average 100 Hari di $1.845.

"Lebih jauh ke minggu ini, emas kemungkinan akan mulai di zona netral $1.830-$1.850 sebelum menemukan langkah selanjutnya,"

"Pergerakan berkelanjutan di atas $1.830-$1.840 akan memiliki potensi rebound jangka pendek ke $1.850-$1.860, yang harus diselesaikan untuk resistance berikutnya di $1.878."

Tetapi penolakan dari $1.850-$1.860 dapat mendorong emas menuju pengujian ulang dari $1.830-$1.820 yang dapat berlanjut ke channel support di $1.805, kata Dixit.

"Setiap penembusan yang menentukan di $1.878 atau $1.805 akan membuka pergerakan $30-$75 lebih lanjut ke arah penembusan, baik lurus atau bertahap, tergantung pada pemicunya."

 

 

Equityworld Futures

Rabu, 15 Juni 2022

PT Equityworld Futures : Minyak Naik ke $121 per Barel, Ada Potensi Kenaikan Suku Bunga AS yang Agresif

Equityworld Futures - Minyak naik pada di Asia di tengah kekhawatiran prospek ekonomi yang tidak pasti menjelang keputusan kenaikan suku bunga AS yang berpotensi agresif.

Harga minyak Brent naik 0,14% ke $121,34 per barel dan harga minyak WTI naik 0,15% menjadi $119,11.

Data pasokan minyak mentah AS hari Selasa dari American Petroleum Institute menunjukkan peningkatan sebanyak 0,736 juta barel untuk pekan terakhir 10 Juni.

Data inflasi tinggi pada Jumat lalu telah meningkatkan ekspektasi pasar atas kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin, terbesar dalam 28 tahun.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Naik Ditopang Pelemahan Imbal Treasury AS Sebelum Keputusan Fed

"Sinyal hawkish yang agresif dari Fed (AS) dapat meningkatkan kekhawatiran resesi global, yang dapat mengurangi permintaan pasar energi,"

“Jika Fed mengumumkan kenaikan 75 basis poin malam ini, harga minyak mungkin sangat lemah terhadap dolar dalam jangka pendek karena Fed yang hawkish dapat mendorong investor untuk berallih ke dolar safe haven dan menekan aset sensitif risiko seperti minyak.”

Wabah COVID-19 baru di Beijing dan pembatasan berikutnya menambah kekhawatiran terhadap permintaan minyak negara terbesar kedua itu.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+) tetap mempertahankan perkiraannya bahwa permintaan minyak dunia akan melebihi tingkat pra-pandemi pada tahun 2022 dalam laporan bulanannya.

Investor sekarang menunggu data pasokan minyak mentah dari Badan Informasi Energi AS, terbit pada sesi hari ini nanti.

 

 

Equityworld Futures

Selasa, 14 Juni 2022

PT Equityworld Futures : Minyak Turun Meski Pasokan di Pasar Berkurang karena Turunnya Ekspor Libya

Equityworld Futures - Harga minyak turun di Asia meski pasokan yang lebih ketat akibat penurunan ekspor minyak Libya. Dimulainya kembali pembatasan COVID-19 China seperti pembatasan sebagian wilayah di Shanghai juga menambah khawatir bahwa hal itu kemungkinan bisa mengurangi permintaan minyak.

Harga minyak Brent turun 0,16% menjadi $122,07 per barel dan harga minyak WTI juga turun 0,13% ke $120,77 per barel.

“Pembicaraan dalam kompleksitas minyak masih berputar pada penurunan produksi Libya, China terus memberlakukan langkah-langkah untuk memperlambat penyebaran COVID, dan kekhawatiran seputar resesi global yang mendorong kehancuran permintaan,” 

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Bergerak, XAUUSD Berpeluang Naik Resistance di 1.833

Ekspor Libya turun di tengah krisis politik yang telah memukul produksi dan pelabuhannya yang menimbulkan ekhawatiran ketatnya pasokan. Produsen lain di Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) kesulitan untuk memenuhi misi produksi mereka sementara Rusia menghadapi larangan minyak karena perang di Ukraina.

Menteri Perminyakan Libya Mohamed Aoun mengatakan produksi negara itu telah turun menjadi 100.000 barel per hari dari 1,2 juta barel per hari tahun lalu, menurut Reuters.

Menambah kekhawatiran di sisi permintaan, Beijing telah meningkatkan kekhawatiran dengan pembatasan baru karena adanya kluster wabah.

Investor sekarang menunggu data pasokan minyak mentah AS dari American Petroleum Institute, yang akan dirilis hari ini.

 

 

 Equityworld Futures

Senin, 13 Juni 2022

PT Equityworld Futures : Kekhawatiran Inflasi Tinggi Pacu Harga Emas

Equityworld Futures - Harga emas (XAU/USD) melonjak seiring dengan tingginya permintaan aset aman setelah rilis data inflasi AS yang tertinggi sejak 1981. Riset Monex Investindo Futures memaparkan harga emas mampu bertahan di level tinggi pada perdagangan karena saham-saham di Wall Street mengalami penurunan dalam tiga minggu setelah data terbaru dari inflasi AS menunjukkan tertinggi selama 41 tahun yang menunjukkan Federal Reserve bisa menjadi lebih agresif dengan kenaikan suku bunga.

"Emas menjadi lindung nilai terhadap inflasi dan biasanya reli ketika investor menjadi khawatir tentang penurunan daya beli. Namun bukanlah korelasi yang sempurna karena emas juga telah turun beberapa kali tahun ini ketika data inflasi lebih tinggi,"

Selanjutnya dalam risetnya harga emas berpeluang dibeli untuk menguji level resistance USD 1.885 selama harga tidak mampu menebus level support USD 1.871. Namun, penurunan lebih rendah dari level support tersebut berpeluang memicu aksi jual terhadap harga emas menguji level support selanjutnya USD 1.865. Rentang perdagangan potensial di sesi Asia USD1.865 - USD 1.885.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Emas Turun, Dolar AS Naik Lagi Imbas Ekspektasi Kebijakan Agresif Fed

Selain itu teori lindung nilai, emas dan dolar juga telah rally secara bersama pada pekan lalu karena kekhawatiran inflasi menopang harga emas sementara greenback naik karena ekspektasi kenaikan suku bunga Fed.

Indeks Harga Konsumen AS tumbuh sebesar 8,6% selama tahun ini hingga Mei, berkembang dengan tingkat tercepat sejak 1981, karena biaya hampir semuanya mulai dari makanan hingga bahan bakar, tempat tinggal, dan pakaian naik lagi bulan lalu, menurut Departemen Tenaga Kerja AS.

Sementara itu harga emas batangan 24 karat PT Aneka Tambang Tbk (Aneka Tambang Persero Tbk (JK:ANTM)) mengalami kenaikan mencapai Rp996.000. Berdasarkan informasi dari Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga emas ini naik Rp1.000 dari Rp995 ribu per gram pada perdagangan hari sebelumnya.

Sejalan, harga pembelian kembali (buyback) juga ikut naik Rp2.000 dari sebelumnya Rp876 ribu per gram menjadi Rp 878 ribu per gram pada hari ini.

Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp 548 ribu, 2 gram Rp1,932 juta, 3 gram Rp 2,873 juta, 5 gram Rp 4,755 juta, 10 gram Rp9,455 juta, 25 gram Rp 23,512 juta, dan 50 gram Rp 46,945 juta.

Kemudian, harga emas seberat 100 gram senilai Rp93,812 juta, 250 gram Rp234,265 juta, 500 gram Rp468,320 juta, dan 1 kilogram Rp936,600 juta. 



Equityworld Futures