Equityworld Futures - Umumnya, kegiatan manufaktur Asia tidak banyak mengalami perubahan alias stagnasi untuk bulan September, survei menyebutkan, dan ekonomi kawasan harus menghadapi hambatan dari penutupan pabrik akibat dampak pandemi dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan China.
PMI manufaktur September au Jibun Bank of Japan turun ke 51,5 dari 52,7 pada bulan sebelumnya. Ini merupakan laju ekspansi paling lambat sejak Februari.
Kegiatan pabrik Jepang tumbuh melambat, di Vietnam dan Malaysia juga menurun untuk bulan September. Ditambah pula, faktor kekurangan chip dan gangguan pasokan menambah kesulitan wilayah yang harus pulih dampak negatif pandemi tersebut.
Sementara, indeks PMI Taiwan turun ke 54,7 di September dari 58,5 di Agustus, sementara Vietnam melihat indeks tidak berubah dari Agustus di 40,2.
Baca Juga : PT Equityworld Futures : Sektor Jasa China Kembali Bangkit, namun Risiko Tetap Ada
Meski begitu, ada beberapa negara yang meraih peningkatan aktivitas seperti Indonesia Negara-negara di mana wabah besar varian Delta mengalami peningkatan aktivitas, seperti Indonesia dan India.
Memberi harapan, PMI Indonesia naik menjadi 52,2 dari 43,7 pada Agustus, sedangkan untuk India meningkat menjadi 53,7 pada September dari 52,3 pada bulan sebelumnya.
Mendapat bantuan dari ekspansi produksi dan pesanan baru, PMI Korea Selatan September naik menjadi 52,4 dari 51,2 pada Agustus. Tapi tetap di atas ambang batas 50 yang menunjukkan ekspansi aktivitas selama 12 bulan berturut-turut dibayangi gangguan rantai pasokan yang terus berlanjut merusak optimisme bisnis bagi produsen.
Karena pembatasan penggunaan listrik, Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi China September pada Kamis kemarin mengisyaratkan kegiatan pabrik negara itu menyusut. Hal itu pula yang menjadi tekanan baru bagi prospek pertumbuhan kawasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar