Equityworld Futures - Krisis energi yang dialami oleh beberapa negara seperti Uni Eropa, China, Amerika Serikat, India, akan menimbulkan dampak inflasi. Menurutnya, kenaikan harga komoditas energi di pasar Internasional akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang ada didalam negeri. Naiknya biaya produksi akan memicu harga barang jadi ikut naik.
"Efek krisis energi di Eropa, India dan China akan menyeret ekonomi Indonesia dalam masalah inflasi yang serius. Kenaikan harga komoditas energi di pasar internasional diperkirakan berdampak terhadap naiknya biaya produksi didalam negeri,"
Sebagai analogi, Direktur Celios itu mencontohkan seperti pada
halnya produksi pupuk untuk menunjang produktivitas pertanian. Jika
harga pupuk yang salah satu bahan bakunya gas buminya naik, maka akan
ada peningkatan harga bahan pokok di level petani.
"Ambil contoh, industri pupuk yang bahan baku-nya gas bumi mengalami tekanan biaya produksi dan berisiko meningkatkan harga pupuk di level petani, Jika harga pupuk naik, tidak bisa dihindari harga pangan akan disesuaikan dan pada akhirnya konsumen yang menanggung mahalnya harga energi,"
Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Turun Seiring Menguatnya Dolar AS
Hal tersebut menurut Bhima sama halnya dengan sensitivitas naiknya harga minyak mentah terhadap biaya transportasi didalam negeri. Dirinya menjelaskan, saat ini Indonesia masih menjadi importir minyak dengan kenaikan impor migas sebanyak 59,5% secata year-on-year per September 2022.
"Setiap kenaikan harga minyak mentah yang terlalu cepat akan memperbesar kemungkinan naiknya inflasi administered price atau inflasi karena harga yang diatur pemerintah seperti harga BBM, tarif listrik dan LPG,"
Menilik dari hal tersebut, lantas Bhima memperkirakan pada tahun 2022 inflasi Indonesia mencapai 4,5% yang disebabkan oleh krisis energi yang saat ini berlanjut, dan mulai menjalar ke beberapa negara, seperti Jepang.
"Proyeksi inflasi di tahun 2022 diperkirakan mencapai 4,5% karena adanya krisis energi yang berlanjut, Inflasi yang terlalu tinggi akan menimbulkan kontraksi pada pemulihan daya beli kelas menengah ke bawah,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar