Equityworld Futures - Harga minyak naik, memulihkan beberapa kerugian minggu lalu saat lebih banyak anggota OPEC+ menyatakan dukungan untuk pengurangan produksi baru-baru ini lebih dari 2 juta barel per hari, meskipun ada peningkatan penolakan dari Amerika Serikat.
Beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan mitranya, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Kuwait menyatakan dukungan untuk pemangkasan produksi selama akhir pekan, mengungkapkan kebutuhan bersama untuk menstabilkan harga minyak di tengah hambatan dari perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Harga minyak Brent yang diperdagangkan di London naik 0,51% di $92.12 per barel, dan harga minyak WTI naik 0,48% ke $85,06 per barel. Kedua kontrak pulih dari kerugian 7% minggu lalu, yang didorong oleh penguatan dolar dan meningkatnya cadangan di Amerika Serikat.
Anggota OPEC+ menegaskan kembali dukungannya untuk pemangkasan pasokan di tengah keretakan hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi, pemimpin kelompok itu. Pemerintahan Biden mengkritik pemangkasan produksi, dengan menyatakan bahwa itu akan meningkatkan harga minyak dan mendukung upaya perang Rusia melawan Ukraina dengan memberikan pemasukan dari minyak mentah yang lebih besar kepada Moskow.
Baca Juga : PT Equityworld Futures : Emas Naik tapi di Bawah $1.650, Tembaga Tunggu Laporan Produksi Tambang
Washington juga menyebut pemimpin OPEC, Arab Saudi, memaksa anggota-anggota yang lebih kecil untuk mematuhi pemangkasan tersebut.
Beberapa anggota OPEC+ membantah bahwa pemangkasan tersebut memiliki motivasi politik, dengan alasan bahwa hal itu justru untuk menstabilkan harga minyak mentah. Berita tentang pemotongan tersebut telah menopang lonjakan harga minyak awal bulan ini, di mana adanya jaminan stabilitas oleh kelompok yang mendukung prospek bullish untuk harga minyak mentah.
Tetapi AS juga telah menanggapi pemotongan pasokan dengan melepaskan cadangan 7,7 juta barel minyak dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) minggu lalu, untuk menurunkan harga minyak mentah.
AS terus mengeluarkan stok dari SPR tahun ini untuk membantu membatasi kenaikan harga bensin di dalam negeri dan untuk menurunkan jumlah pendapatan minyak yang diterima oleh Rusia. Pemerintahan Biden kini mengancam akan melepaskan lebih banyak minyak terkait dengan pemotongan pasokan, yang dapat menyebabkan volatilitas jangka pendek di pasar minyak mentah.
Permintaan jangka pendek untuk minyak mentah kemungkinan juga berada di bawah tekanan dari gangguan lanjutan di China. Presiden Xi Jinping pada hari Minggu mengatakan negara itu akan tetap mempertahankan kebijakan nol-COVID, meskipun ada dampak kerusakan yang meluas pada ekonomi China tahun ini.
Tetapi presiden China juga mengatakan bahwa Beijing akan meningkatkan pengeluaran dan stimulus untuk membantu menopang pertumbuhan ekonomi. Melambatnya aktivitas ekonomi di China membuat impor minyak mentahnya turun drastis tahun ini.