Equityworld Futures - Pemerintah telah meresmikan operasi produksi fasilitas HPAL
(High Pressure Acid Leaching) di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku
Utara. Pengolahan bijih nikel HPAL berbasis teknologi hidrometalurgi ini
akan mendorong percepatan hilirisasi mineral menuju industrialisasi
berbasis baterai dan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi
Luhut Pandjaitan mengatakan pada 2030, masyarakat secara global
mempunyai kesadaran untuk mengurangi emisi dan akan mendorong kenaikan
permintaan kendaraan listrik yang nilainya dapat mencapai 31,1 juta
unit.
"Di Indonesia sendiri, pemerintah menargetkan dapat memproduksi 600
ribu unit kendaraan listrik roda empat dan 2,45 juta roda dua.
Peningkatan permintaan kendaraan listrik dapat menaikkan permintaan
baterai, terutama jenis NCM (nickel-cobalt-mangan),"
Menko Luhut melanjutkan, bahwa teknologi pengolahan untuk bijih nikel
bisa melalui jalur RKEF (pirometalurgi) maupun HPAL (hidrometalurgi)
seperti yang ada di Pulau Obi ini. Smelter HPAL ini akan banyak
memanfaatkan bijih nikel dengan kadar yang lebih rendah (limonit), yang
jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. Ini merupakan bagian dari
optimasi atau peningkatan nilai tambah dari sumberdaya mineral yang
dimiliki oleh Indonesia.
"Indonesia memiliki sumberdaya dan cadangan nikel serta cobalt
yang cukup, didukung oleh mineral lain seperti tembaga, alumunium, dan
timah yang akan menjadi modal besar untuk bermain dalam industri
kendaraan listrik,”
Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Naik, Powell Janji Suku Bunga Tidak akan Naik Terlalu Cepat
Proses HPAL dapat menghasilkan produk nikel kelas satu, yakni
Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan turunannya berupa nikel sulfat
(NiSO4) dan cobalt sulfat (CoSO4) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku baterai. Produk-produk ini bernilai tambah lebih tinggi
dibandingkan dengan produk yang dihasilkan dari jalur RKEF.
“Untuk itu, kita perlu dukung dan terus didorong untuk terjadi
peningkatan investasi agar ada penambahan line (jalur) produksi,
sehingga kita mendapat sebesar-besarnya manfaat dari proses produksi
ini,”
Dengan nilai investasi smelter HPAL dari PT. Halmahera Persada Legend
(HPL) ini yang nilainya lebih dari satu milliar dollar (USD),
diharapkan akan dapat menjadi faktor pendorong dan berkontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan di daerah, seperti peningkatan
pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja lokal, pembangunan
infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan dan Kesehatan. Selain PT
HPL, di KI Pulau Obi juga terdapat perusahaan smelter lainnya, yakni PT
Megah Surya Pertiwi dan PT Halmahera Jaya Feronikel. Kedua perusahaan
tersebut memproduksi ferronickel menggunakan RKEF. Di samping perusahaan
smelter, ada juga perusahaan pertambangan bijih nikel, yaitu PT Gane
Permai Sentosa dan PT Trimegah Bangun Persada. Mengingat banyaknya
industri yang beroperasi di Pulau Obi ini.
“Diharapkan kawasan ini menjadi pusat pengembangan dan pusat
pertumbuhan wilayah di Pulau Obi khususnya dan di Halmahera, serta
Maluku Utara secara umum,”
Salah satu bentuk dukungan yang dilakukan pemerintah dalam
pengembangan industri smelter ini, yakni adalah dukungan kesiapan tenaga
kerja. Untuk itu pembangunan politeknik di kawasan industri seperti ini
menjadi penting. Hal ini berguna agar dapat memberikan kesempatan yang
luas bagi masyarakat lokal untuk menggali ilmu dan bekerja di industri
smelter.
“Guna mendukung industri ini, kesiapan tenaga kerja menjadi
penting. Perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal menjadi
perhatian. Untuk itu, diperlukan fasilitas pendidikan dan pelatihan bagi
tenaga kerja yang akan bekerja di industri smelter ini,”
Mengingat pentingnya kawasan industri smelter yang beroperasi di
Pulau Obi, maka untuk menjaga kelangsungan operasi dan investasinya,
perlu dukungan dari pemerintah. Untuk itu Kawasan industri ini merupakan
Kawasan industri strategis dan perlu untuk ditetapkan sebagai objek
vital nasional.
“Kita perlu jadikan kawasan industri Pulau Obi ini sebagai
kawasan industri strategis, dan perlu untuk dijadikan sebagai Objek
Vital Nasional (Obvitnas).”
Equityworld Futures