Equityworld Futures - Harga minyak makin turun bahkan kala peningkatan jumlah kasus COVID-19 global terus mengaburkan prospek permintaan bahan bakar.
Harga minyak Brent terus turun 1,12% ke $72,62 per barel dan harga minyak WTI turun 1,10% di $71,28 per barel.
"Kami melihat reaksi berlebih di pasar Senin lalu, dan seperti semua koreksi teknikal lainnya sejauh ini, penurunan harga minyak biasanya terbukti berumur pendek ... pemburu harga murah datang berbondong-bondong ketika Brent turun di bawah $70 dan permintaan ekonomi untuk energi terlihat kuat," Ekonom OCBC Bank Howie Lee mengatakan kepada CNBC.
Namun, meningkatnya jumlah kasus COVID-19 yang melibatkan
varian Delta telah mendorong negara-negara seperti Thailand dan Vietnam
untuk memberlakukan jam malam, sementara kemungkinan pembatasan yang
lebih ketat bagi yang tidak divaksinasi telah mengemuka di Jerman.
Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Kian Naik Tembus $1.800, Investor Tunggu Rapat the Fed
Penasihat medis Gedung Putih AS Anthony Fauci juga mengingatkan bahwa negara ini bergerak ke “arah yang salah” dalam menangani gelombang kasus COVID-19 terbaru.
China, negara importir minyak mentah utama, menghadapi peningkatan jumlah kasus COVID-19 di samping banjir parah baru-baru ini yang menerjang beberapa bagian wilayah negara itu. Beijing juga menindak penyalahgunaan kuota impor, yang digabungkan dengan harga minyak mentah yang lebih tinggi, dapat menyebabkan pertumbuhan impor minyak China turun ke level terendah dalam dua dekade pada tahun 2021. Namun, tingkat penyulingan diperkirakan akan meningkat pada paruh kedua tahun 2021 ini.
Lonjakan terbaru kasus COVID-19 bertepatan dengan dan perkiraan lonjakan pasokan dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) mulai Agustus. Ini bisa berarti pengetatan pasar dan potensi gejolak ke depan untuk cairan hitam.
Namun, perundingan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang dapat menambah pasokan Iran kembali ke pasar telah ditunda hingga Agustus. AS juga mempertimbangkan untuk menindak penjualan minyak Iran ke China sebagai awal untuk kemungkinan bahwa perundingan tidak akan terwujud, atau Iran akan mengambil sikap keras jika mereka melakukannya.
Sementara itu, pengeboran minyak AS bertambah tujuh menjadi 387 selama minggu lalu, angka tertinggi sejak April 2020, Baker Hughes Co.