Equityworld Futures - Harga minyak naik dan pasar memperkirakan bahwa pengurangan langkah-langkah pembatasan COVID-19 di China akan meningkatkan permintaan minyak mentah negara itu, sementara pembatasan yang membayangi pengiriman minyak Rusia juga tampaknya akan memperketat pasokan.
Harga minyak mentah ditutup turun minggu lalu, tetapi menguat tajam pada hari Jumat setelah China mengatakan akan melonggarkan beberapa langkah pembatasan di bawah aturan kebijakan nol-COVID yang ketat untuk pertama kalinya. Langkah tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa negara importir minyak mentah terbesar di dunia memposisikan untuk mengurangi pembatasan COVID.
Tetapi negara ini masih kesulitan menghadapi kebangkitan infeksi, yang menyebabkan langkah-langkah pembatasan baru di beberapa pusat ekonomi. Hal ini meredam setiap kenaikan besar dalam harga minyak pada hari Senin.
Harga minyak Brent naik hampir 1% di $96,68 per barel di awal perdagangan Asia, sementara harga minyak West Texas Intermediate naik 0,6% ke $88,15 per barel. Kedua kontrak tersebut masing-masing turun sekitar 2,6% dan 4% minggu lalu.
Sinyal hawkish dari Federal Reserve juga sedikit membebani harga minyak, pasalnya Gubernur Fed Christopher Waller mengingatkan bahwa meski bank sentral tengah mempertimbangkan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat dalam beberapa bulan mendatang, bank tidak melunakkan sikapnya terhadap inflasi.
Harga minyak mentah turun tajam dari level puncaknya di atas $130 tahun ini, saat kenaikan suku bunga dan serangkaian pembatasan COVID di China meningkatkan kekhawatiran atas permintaan.
Baca Juga : PT Equityworld Futures : Emas Turun dari High 2 Bulan Imbas Aksi Profit Taking & Retorika Hawkish Fed
Tetapi pengetatan pasokan, utamanya setelah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengumumkan pemotongan produksi 2 juta barel per hari, memicu pemulihan harga. Pemangkasan ini diperkirakan akan berlaku mulai Desember, memperketat pasokan dan kemungkinan menguntungkan harga.
Larangan Eropa atas pengiriman minyak Rusia juga diperkirakan akan berlaku mulai Desember, semakin memperketat pasokan minyak mentah menjelang akhir tahun.
Tetapi kendati pengetatan pasokan diperkirakan akan menguntungkan harga dalam beberapa bulan mendatang, risiko penurunan minyak mentah juga tetap ada. Memburuknya infeksi COVID di China sekali lagi dapat menghambat aktivitas ekonomi negara itu, sehingga mengurangi permintaan minyak mentah.
Kenaikan suku bunga dan inflasi yang lebih ketat dari perkiraan juga menimbulkan risiko potensial terhadap permintaan minyak mentah, terutama jika aktivitas ekonomi melambat lebih dari yang diantisipasi.
Pemerintah AS juga mengancam akan melepaskan lebih banyak minyak dari Cadangan Minyak Bumi Strategisnya untuk membantu menurunkan biaya bensin.
Selain itu, nikel naik 5,70% hingga Sabtu lalu, timah naik 4,88% di ICE London, dan tembaga turun 1,15%. Sedangkan, karet naik 3,37% di Singapura, batubara Newcastle di ICE London mencapai 326,80, kakao AS di 2.518,00. Serta, kopi robusta di London mencapai 1.833,00 dan gas alam naik 2,15%.
Sedangkan, USD/JPY naik 0,41%, GBP/JPY turun 0,18%, GBPUSD turun 0,61%, EURUSD turun 0,39%, dan AUD/USD turun 0,34%. Di Indonesia, IHSG turun 0,65% dan rupiah turun 0,03% di 15.494,5 per dolar AS. Kripto hari ini bitcoin turun 5,66% BTC/USD dan ethereum turun 7,25% (ETH/USD). Sementara, ETC/USD jatuh 8,57%.