Kamis, 20 Oktober 2022

PT Equityworld Futures : Harga Minyak Stabil, Trader Bull Tak Goyah atas Rencana Penjualan SPR Biden

Equityworld Futures - Harga minyak melanjutkan kenaikan baru ini saat optimisme atas turunnya persediaan minyak AS tanpa diduga mengimbangi rencana pemerintahan Biden untuk melepaskan lebih banyak minyak dari cadangan strategis, meskipun kekhawatiran permintaan global yang lesu dan dolar yang kuat membuat sentimen tetap hati-hati.

Bull minyak didorong oleh data yang menunjukkan cadangan minyak mentah AS tanpa diduga berkurang dalam seminggu hingga 14 Oktober. Angkanya menunjukkan bahwa konsumsi minyak mentah di ekonomi terbesar di dunia tetap stabil meskipun ada tekanan dari kenaikan inflasi dan suku bunga.

Harga minyak naik pada hari Rabu, bahkan ketika Presiden AS Joe Biden mengumumkan penjualan 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Bumi Strategis (SPR) negara itu dan mengancam lebih banyak penjualan semacam itu untuk menurunkan harga bensin.

Penjualan menjadi sekitar 500.000 barel per hari pasokan ketika pengiriman terjadi, dibandingkan dengan pemotongan produksi 2 juta barel per hari yang disetujui oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) awal bulan ini. Pasar memperkirakan bahwa pemotongan pasokan OPEC+ baru-baru ini sebagian besar akan mengimbangi rencana AS untuk meningkatkan pasokan

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Emas Capai Level Terendah 3 Minggu, Lonjakan Yield Obligasi Tekan Pasar

Harga minyak Brent yang diperdagangkan di London flat di $92,30 per barel, sementara harga minyak WTI naik 0,3% ke $84,80 per barel. Kedua kontrak tersebut menguat lebih dari 2%.

Pasar juga memperkirakan pasokan minyak mentah akan mengetat lebih lanjut tahun ini saat Barat memberlakukan lebih banyak pembatasan pada ekspor minyak Rusia.

Namun di sisi permintaan, kekhawatiran atas permintaan China terhadap minyak mentah tetap ada setelah Presiden Xi Jinping awal pekan ini menegaskan kembali komitmen Beijing untuk mempertahankan kebijakan nol-COVID. Langkah ini meningkatkan kemungkinan lebih banyak pembatasan terkait COVID di negara importir minyak terbesar di dunia dan menggambarkan masa depan yang tidak pasti untuk permintaan minyak mentah.

Penguatan dolar, menyusul lonjakan imbal hasil Treasury juga membatasi kenaikan harga minyak, pasalnya pasar khawatir akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve. Dolar AS yang lebih kuat juga membuat pengiriman minyak lebih mahal bagi negara importir, membebani permintaan.

Kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi telah membebani harga minyak tahun ini, menarik turun dari level tertinggi tahunan tatkala pasar mengkhawatirkan kehancuran permintaan dari potensi resesi. Kekhawatiran ini diperkirakan akan bertahan dalam waktu dekat, utamanya karena suku bunga global naik lebih lanjut.

 

 

 

Equityworld Futures

Rabu, 19 Oktober 2022

PT Equityworld Futures : Biden Berencana Jual Cadangan Minyak 15 Juta Barel, Bakal Membeli di Harga $67-$72

 

Equityworld Futures - Presiden AS Joe Biden mengonfirmasi rencana untuk melepaskan 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Bumi Strategis (SPR), dan mengatakan bahwa pemerintah berencana untuk mulai mengisi ulang cadangan hanya ketika harga minyak mentah turun signifikan dari level saat ini.

Untuk tujuan ini, Presiden siap untuk memberikan izin lebih banyak penjualan dari SPR dalam beberapa bulan mendatang jika diperlukan. Gedung Putih mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan menjual 15 juta barel minyak dari SPR minggu ini, dan pengiriman akan dilakukan pada bulan Desember.

"Pemerintah tidak akan ragu-ragu untuk menggunakan alat ini, atau alat lain yang dimilikinya, untuk menopang pasokan energi global, mendukung tingkat persediaan dalam negeri, dan menurunkan harga bagi warga Amerika," Gedung Putih menyatakan.

Pelepasan hari Selasa adalah tahap terakhir dalam rencana pelepasan 180 juta barel dari SPR, yang dimulai awal tahun ini untuk membantu menurunkan harga minyak setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Naik USD Mundur, tapi Kenaikan Ditahan Komentar Fed Hawkish

Tetapi hal ini telah membuat Biden berselisih dengan Arab Saudi, pemimpin Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+). Kelompok tersebut baru ini mengumumkan pemotongan pasokan 2 juta barel per hari untuk menaikkan harga minyak, yang diperdagangkan mendekati posisi terendah tahunan.

Biden telah mengancam lebih banyak pelepasan dari SPR terkait dengan pemotongan tersebut. Rilis hari ini akan diterjemahkan menjadi sekitar 500.000 barel per hari pasokan ketika pengiriman terjadi pada bulan Desember.

Serangkaian pelepasan tahun ini telah membawa SPR ke tingkat terendah dalam sekitar 38 tahun. Tetapi masih tetap merupakan cadangan minyak mentah terbesar di dunia, sekitar 400 juta barel.

Gedung Putih mengatakan pihaknya bermaksud untuk mengisi kembali cadangan dengan membeli minyak hanya ketika harga berada pada atau di bawah sekitar $67 hingga $72 per barel. Harga minyak Brent berada di sekitar $91 per barel pada hari Selasa, sementara harga minyak WTI diperdagangkan di sekitar $83 per barel. Laporan soal rencana pelepasan 15 juta barel minyak menyebabkan penurunan harga sebesar 1% minggu ini.

Selain itu, Presiden AS juga meminta perusahaan-perusahaan energi untuk meneruskan biaya minyak mentah yang lebih rendah kepada pelanggan "segera".

Harga gas melonjak ke rekor tertinggi awal tahun ini dan merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap peningkatan inflasi di negara tersebut. Lonjakan itu telah menurunkan popularitas Presiden ke-46, bahkan ketika harga akhirnya mundur dari rekor tertinggi.

Harga bensin merupakan titik fokus utama dalam pemilihan paruh waktu mendatang pada bulan November, di mana Partai Republik menggunakan lonjakan harga sebagai kritikan utama terhadap Partai Demokrat.

 

 

Equityworld Futures

Selasa, 18 Oktober 2022

PT Equityworld Futures : Harga Minyak Naik di Tengah Kegelisahan Terbatasnya Pasokan dan Resesi

Equityworld Futures - Harga minyak diredam saat pasar menimbang tanda-tanda pengetatan pasokan minyak mentah terhadap meningkatnya kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi global akan mengikis permintaan minyak tahun ini.

Pasar minyak mentah memperlihat pergerakan awal yang lambat untuk minggu ini, dan mempertahankan sebagian besar kerugian minggu lalu di tengah tanda-tanda yang berkembang bahwa Amerika Serikat akan memasuki resesi dalam 12 bulan ke depan, menurut ekonom Bloomberg.

Perkiraan suram ini ini muncul di tengah meningkatnya inflasi di negara itu, seiring dengan kenaikan suku bunga besar oleh Federal Reserve sejauh ini tidak banyak membantu meredam tekanan harga.

Harga minyak Brent yang diperdagangkan di London naik 0,35% di $91,94 per barel dan harga minyak WTI naik 0,37% di $84,84 per barel. Kedua kontrak bergerak kecil.

Kekhawatiran atas permintaan China di masa depan membebani pasar, setelah Presiden Xi Jinping mengisyaratkan bahwa negara tersebut tidak berencana untuk mengurangi kebijakan nol-COVID yang ketat. Serangkaian pembatasan di bawah aturan kebijakan tersebut telah sangat menghambat aktivitas ekonomi China tahun ini, mengurangi permintaan minyak mentah di negara importir minyak terbesar di dunia.

Tetapi pemerintah China menguraikan lebih banyak langkah pengeluaran untuk mendukung perekonomian, sebuah langkah yang dapat memacu pemulihan permintaan komoditas lokal. People's Bank of China juga mempertahankan suku bunga pada hari Senin, menunjukkan bahwa mereka berniat untuk menjaga kebijakan moneter tetap akomodatif untuk saat ini.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Emas Bergerak di Sekitar $1.650, Tembaga Tertekan Ketidakpastian China

Anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+) baru-baru ini menyuarakan dukungan mereka untuk pemotongan produksi 2 juta barel per hari oleh kelompok itu. Pemangkasan tersebut, yang diumumkan awal bulan ini, dimaksudkan untuk membantu menstabilkan harga minyak setelah anjlok dari level tertinggi tahunan.

AS mengkritik pemotongan tersebut dan juga telah melepaskan lebih banyak pasokan dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) untuk membatasi kenaikan harga minyak mentah. Ekonomi terbesar di dunia tengah berusaha untuk mengatasi masalah inflasi tinggi yang mencapai titik tertinggi 40 tahun, sebagian karena harga bahan bakar.

Federal Reserve diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga dengan cepat untuk memerangi inflasi, sebuah langkah yang diperkirakan akan meningkatkan dolar dan membebani pasar minyak. Kenaikan suku bunga juga diperkirakan akan mendinginkan pertumbuhan ekonomi global, yang merupakan sinyal negatif untuk pasar minyak mentah.

Di sisi lain, konflik yang meningkat antara Rusia dan Ukraina dapat mengganggu pasokan minyak dari Moskow. Musim dingin Eropa yang lebih sulit juga dapat mendorong permintaan minyak, terutama untuk keperluan pemanasan.

Sentimen pasar yang luas juga membaik setelah pemerintah Inggris menarik rencana pemotongan pajak yang kontroversial, mengurangi sedikit kekhawatiran krisis utang di negara tersebut.

Komoditas hari ini, nikel turun 1% hingga dini hari nanti, timah turun 0,85% di ICE London, dan tembaga naik 0,64%. Adapun, karet turun 0,83% di Singapura, batubara Newcastle di ICE London turun 0,09%, kakao AS turun 1,89%. Serta, kopi robusta di London mencapai 2.050,00 pada Rabu dan gas alam turun 0,67%.

Dari mata uang, USD/JPY turun 0,16%, GBP/JPY naik 0,17%, GBPUSD naik 0,41%, EURUSD naik 0,21%, dan AUD/USD naik 0,56%. Sedangkan bitcoin naik 2% BTC/USD dan ethereum naik 2,29% (ETH/USD). Sementara, ETC/USD naik 3,81%.

 

 

 Equityworld Futures

Senin, 17 Oktober 2022

PT Equityworld Futures : Harga Minyak Naik, Anggota OPEC+ Dukung Pengurangan Pasokan

Equityworld Futures - Harga minyak naik, memulihkan beberapa kerugian minggu lalu saat lebih banyak anggota OPEC+ menyatakan dukungan untuk pengurangan produksi baru-baru ini lebih dari 2 juta barel per hari, meskipun ada peningkatan penolakan dari Amerika Serikat.

Beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan mitranya, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Kuwait menyatakan dukungan untuk pemangkasan produksi selama akhir pekan, mengungkapkan kebutuhan bersama untuk menstabilkan harga minyak di tengah hambatan dari perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Harga minyak Brent yang diperdagangkan di London naik 0,51% di $92.12 per barel, dan harga minyak WTI naik 0,48% ke $85,06 per barel. Kedua kontrak pulih dari kerugian 7% minggu lalu, yang didorong oleh penguatan dolar dan meningkatnya cadangan di Amerika Serikat.

Anggota OPEC+ menegaskan kembali dukungannya untuk pemangkasan pasokan di tengah keretakan hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi, pemimpin kelompok itu. Pemerintahan Biden mengkritik pemangkasan produksi, dengan menyatakan bahwa itu akan meningkatkan harga minyak dan mendukung upaya perang Rusia melawan Ukraina dengan memberikan pemasukan dari minyak mentah yang lebih besar kepada Moskow.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Emas Naik tapi di Bawah $1.650, Tembaga Tunggu Laporan Produksi Tambang

Washington juga menyebut pemimpin OPEC, Arab Saudi, memaksa anggota-anggota yang lebih kecil untuk mematuhi pemangkasan tersebut.

Beberapa anggota OPEC+ membantah bahwa pemangkasan tersebut memiliki motivasi politik, dengan alasan bahwa hal itu justru untuk menstabilkan harga minyak mentah. Berita tentang pemotongan tersebut telah menopang lonjakan harga minyak awal bulan ini, di mana adanya jaminan stabilitas oleh kelompok yang mendukung prospek bullish untuk harga minyak mentah.

Tetapi AS juga telah menanggapi pemotongan pasokan dengan melepaskan cadangan 7,7 juta barel minyak dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) minggu lalu, untuk menurunkan harga minyak mentah.

AS terus mengeluarkan stok dari SPR tahun ini untuk membantu membatasi kenaikan harga bensin di dalam negeri dan untuk menurunkan jumlah pendapatan minyak yang diterima oleh Rusia. Pemerintahan Biden kini mengancam akan melepaskan lebih banyak minyak terkait dengan pemotongan pasokan, yang dapat menyebabkan volatilitas jangka pendek di pasar minyak mentah.

Permintaan jangka pendek untuk minyak mentah kemungkinan juga berada di bawah tekanan dari gangguan lanjutan di China. Presiden Xi Jinping pada hari Minggu mengatakan negara itu akan tetap mempertahankan kebijakan nol-COVID, meskipun ada dampak kerusakan yang meluas pada ekonomi China tahun ini.

Tetapi presiden China juga mengatakan bahwa Beijing akan meningkatkan pengeluaran dan stimulus untuk membantu menopang pertumbuhan ekonomi. Melambatnya aktivitas ekonomi di China membuat impor minyak mentahnya turun drastis tahun ini.

 

 

 Equityworld Futures

Jumat, 14 Oktober 2022

PT Equityworld Futures : Gas alam lebih rendah selama masa dagang Eropa

Equityworld Futures - Pada New York Mercantile Exchange, Futures gas alam untuk penyerahan November diperdagangkan pada USD6,66 per mmBTU pada waktu penulisan, menurun 1,25%.

Instrumen ini sebelumnya diperdagangkan sesi rendah USD per mmBTU. Gas alam kemungkinan akan mendapat support pada USD6,337 dan resistance pada USD6,901.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Turun Minggu Ini Efek Langkah Fed, Logam Industri Naik

Indeks Dolar AS Berjangka yang memantau kinerja greenback versus keranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,38% dan diperdagangkan pada USD112,68.

Sementara itu di Nymex, Minyak metah untuk penyerahan November jatuh 0,72% dan diperdagangkan pada USD88,47 per barrel sedangkan Heating oil untuk penyerahan November jatuh 1,53% dan diperdagangkan pada USD4,03 per galon. 

 

 

Equityworld Futures

 

 

 

Kamis, 13 Oktober 2022

PT Equityworld Futures : Minyak Jatuh 7% Minggu Ini di Tengah Masalah Inflasi dan Kenaikan Suku Bunga

Equityworld Futures - Buyer minyak kemungkinan akan mengharapkan periode pemulihan yang lebih lama dari pemotongan produksi OPEC+ yang sangat dielukan.

Tetapi aksi penjualan seller tanpa henti selama tiga hari sejak pekan lalu telah menyebabkan lebih banyak kekhawatiran daripada yang diperkirakan di pasar minyak mentah pasalnya data inflasi AS yang tinggi menyebabkan putaran lain dari peningkatan kekhawatiran kenaikan suku bunga Fed.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Rabu menunjukkan harga grosir tumbuh di luar perkiraan ekonom pada bulan September, menyiapkan kemungkinan bahwa data harga konsumen yang akan dirilis sehari kemudian akan sama menantangnya bagi Fed dalam memerangi inflasi.

Dan tepat dari isyaratnya, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bank sentral "sangat serius" untuk mengatasi inflasi dan bahwa standarnya "sangat tinggi" bagi bank sentral untuk mempertimbangkan perlambatan atau jeda dalam pengetatan moneternya.

Jika ekonomi AS memasuki penurunan drastis, The Fed selalu dapat menghentikan kenaikan suku bunga, atau memperlambatnya, terutama jika ada tanda-tanda bahwa inflasi turun dengan cepat, kata Kashkari.

Dia, bagaimanapun, menambahkan: "Bagi saya, standar untuk perubahan seperti itu sangat tinggi karena kami belum melihat banyak bukti bahwa inflasi yang mendasarinya - inflasi jasa, inflasi upah, pasar tenaga kerja - yang belum menurun."

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Emas Stabil sebelum Data IHK AS, Aluminium Melonjak dalam Laporan Sanksi

Berita bearish tidak hanya pada ekonomi.

Baik OPEC dan Departemen Energi AS memangkas prospek permintaan energi terbarunya. Pekan lalu, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak yang dipimpin Saudi 13 anggota dan 10 sekutunya yang didukung Rusia - bersama-sama dikenal sebagai OPEC+ - menopang harga minyak naik 17% dengan mengumumkan pemotongan produksi 2 juta barel per hari.

OPEC memangkas hingga 2,64 juta barel per hari dari permintaannya, mengutip munculnya kembali langkah-langkah pembatasan COVID-19 China dan inflasi yang tinggi.

"Ekonomi dunia telah memasuki masa ketidakpastian dan tantangan yang meningkat,"

Sementara itu, Departemen Energi di Washington, menurunkan ekspektasinya untuk produksi dan permintaan di Amerika Serikat. Sekarang hanya memperkirakan peningkatan konsumsi 0,9% pada tahun 2023, turun dari perkiraan sebelumnya untuk kenaikan 1,7%. Produksi minyak diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,2%, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 7,2%.

"Ada dua kekuatan dominan di pasar minyak saat ini; prospek ekonomi menjadi risiko penurunan utama dan OPEC+ sisi atas," analis di platform perdagangan online OANDA, dalam komentar pasar. "Yang terakhir menegaskan kembali dirinya minggu lalu dengan pemotongan dua juta barel per hari (tentu saja jauh lebih sedikit dalam kenyataannya) tetapi kekhawatiran pertumbuhan masih mendominasi di pasar yang dapat menghentikan harga untuk lepas landas."

Indeks Dolar dan imbal hasil obligasi AS, yang dipatok ke bunga obligasi 10 tahun, naik karena data inflasi dan statemen Fed yang hawkish, menambah tekanan pada minyak dan komoditas berdenominasi dolar lainnya.

Minyak WTI yang diperdagangkan di New York sempat anjlok $2,08, atau sebesar 2,3%, di $87,27 per barel, memperpanjang penurunan minggu ini hampir 7%. Patokan minyak mentah AS naik 17% sepanjang minggu lalu, mencatat awal yang kuat untuk bulan Oktober, setelah jatuh 12,5% pada bulan September dan turun 24% untuk kuartal III.

Minyak Brent juga turun $1,84, atau sebesar 2%, di $92,45 per barel, memperpanjang penurunan minggu ini menjadi lebih dari 6%. Harga minyak Brent naik 11% minggu lalu, menutupi semua kerugian bulan September dan pulih sebagian dari kerugian 22% pada kuartal III.

Komoditas hari ini, nikel turun 0,07%, timah mencapai 19.820,00 di ICE London pada penutupan Rabu, dan tembaga turun 0,49%. Adapun, karet turun 0,82% di Singapura, batubara Newcastle di ICE London turun 0,49%, kakao AS turun 1,28% hingga dini hari. Serta, kopi robusta di London mencapai 2.143,00 dan gas alam naik 1,69%.

Kripto bitcoin turun 0,67% BTC/USD dan ethereum jatuh 1% (ETH/USD). Sementara, ETC/USD turun 7%. Dari mata uang, USD/JPY turun 0,1%, GBP/JPY naik 0,01%, GBPUSD turun 0,32%, EURUSD naik 0,08%, dan AUD/USD naik 0,05%.

Di Indonesia, IHSG turun 0,03% dan rupiah turun 0,08% di 15.367,5 per dolar AS.

 

 

Equityworld Futures

Rabu, 12 Oktober 2022

PT Equityworld Futures : Harga Minyak Naik setelah Operator Pipa Polandia Deteksi Kebocoran di Druzhba

Equityworld Futures - Harga minyak naik di awal perdagangan di Eropa setelah operator pipa Polandia PERN mengatakan telah mendeteksi kebocoran pipa ekspor terbesar dari Rusia.

Dalam sebuah pernyataan di situs webnya, PERN mengatakan bahwa sistem otomasinya telah mendeteksi kebocoran di bentangan Przyjaźń dari pipa Druzhba, sekitar 70 kilometer sebelah barat kota Plock.

Baca Juga : PT Equityworld Futures : Emas Jatuh di Bawah $1.700 Jelang Rilis Inflasi AS & Risalah Fed

"Ini adalah rute utama yang dilalui minyak mentah untuk mencapai Jerman," seraya menambahkan bahwa pihaknya masih belum mengetahui penyebab terjadinya insiden tersebut. Pihaknya segera mengurangi aliran pasokan melalui pipa yang rusak, yang merupakan salah satu dari dua jaringan pipa yang ada di sepanjang rute itu. Sementara pipa kedua bekerja secara normal.

Berita itu akan meningkatkan kekhawatiran akan tindakan lebih lanjut yang disengaja untuk memotong pasokan bahan bakar Rusia ke Eropa, sehingga meningkatkan tekanan bagi ekonomi Uni Eropa saat musim dingin di belahan bumi utara semakin dekat.

Harga minyak WTI berada di $89,81 per barel, tepat di bawah level tertinggi intraday di $89,84 dan naik 0,5% dari akhir Selasa di AS. Hampir sama, harga minyak Brent naik 0,6% di $94,87 per barel.

 

 

Equityworld Futures