Equityworld Futures - Perburuan aset safe haven seperti emas meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi. Harga emas jadi melambung tinggi dan menguntungkan kinerja keuangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Hingga kurtal ketiga 2020, ANTM membukukan laba bersih senilai Rp 835,78 miliar, naik 30,28% secara tahunan. Sementara, penjualan ANTM di periode yang sama menurun 26% secara tahunan menjadi Rp 18,03 triliun. Namun, secara kuartalan penjualan Aneka Tambang melesat 119% dari 4,02 triliun di kuartal kedua 2020 menjadi Rp 8,81 triliun di kuartal ketiga 2020.
Analis Sucor Sekuritas mengungkapkan bahwa laba bersih Antam yang tumbuh cukup tinggi didukung oleh average selling price (ASP) alias harga jual rata-rata emas yang naik 7,8% secara kuartalan menjadi US$ 1.872 per ons troi. Lihat saja, di awal tahun harga emas ANTM bertengger di Rp 771.000 per gram. Sementara, di akhir September harga emas Antam melambung ke Rp 1.016.000 per gram.
Selain karena harga jual emas yang meningkat, ANTM membukukan keuntungan juga karena didukung oleh volume penjualan emas yang juga melonjak hingga 147,2% secara kuartalan menjadi 223.994 ons.
Baca Juga : PT Equityworld Futures : Harga Emas Kian Turun akibat Sentimen Perkembangan Vaksin
Namun, Juan Oktavianus Analis Panin Sekuritas memproyeksikan ke depan ANTM akan menjumpai tantangan berupa potensi penurunan harga emas. Juan mengamati belakangan harga emas mulai melandai seiring kabar baik penemuan vaksin dan pertumbuhan ekonomi yang mulai terjadi. "Ke depan pelaku pasar akan mulai shifting dari mengoleksi safe haven ke aset yang lebih berisiko sehingga harga emas berpotensi menurun," kata Juan.
Selain itu, ANTM juga dihadapkan pada tantangan untuk menjaga cadangan dan sumber daya mineral dari tambang emas Pongkor dan Cibaliung yang diperkirakan tersisa 3,5 tahun lagi untuk operasional. "Persediaan emas ANTM yang diproduksi sendiri tinggal sedikit membuat ANTM jadi mengandalkan third party yang membuat margin penjualan tidak lagi tebal,"
Meski begitu, Juan tetap optimistis kinerja ANTM akan tetap solid karena tersokong oleh segmen industri logam yang lain. Salah satunya seperti nikel. Meski kontribusi penjualan nikel ke pendapatan masih lebih kecil daripada penjualan emas, tetapi nikel memiliki margin yang lebih tebal.
Selain itu, Juan memandang dengan adanya ekspektasi peningkatan ekonomi dan aktivitas pabrik di tahun depan, maka permintaan logam industri ANTM akan terkerek.
Hingga kuartal ketiga 2020 saja, volume penjualan bijih nikel naik 521,8% secara kuartalan menjadi 1.042.122 ton. Hasan mencatat, angka tersebut hampir menyamai capaian ketika ANTM dapat mengeskpor bijih nikel mereka. Meski bila dihitung secara tahunan, penjualan bijih nikel masih turun 77,9%.
Lebih lanjut, prospek penjualan nikel juga didukung oleh harga nikel yang diproyeksikan akan naik. Selama kuartal ketiga 2020 saja, ASP feronikel sudah naik 9,7% secara kuartalan menjadi US$ 11.544 per metrik ton.
Secara keseluruhan, Juan menilai saham ANTM menarik untuk dibeli karena memiliki prospek cerah. Salah satunya datang dari bekas lahan tambang PT Freeport Indonesia, yaitu Blok Wabu yang digadang-gadang akan dikelola ANTM.
Selain itu, kinerja keuangan ANTM juga berpotensi makin bertumbuh dengan adanya rencana pembentukan pabrik baterai kendaraan listrik yang akan dipimpin Inalum melalui ANTM bersama PT Pertamina dan PT PLN.
Juan merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga Rp 1.300 per saham. Andy Wibowo Gunawan Analis Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan buy di target harga Rp 1.550 per saham.
Lee Eun Young Analis DBS Bank merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga Rp 1.450 per saham. Harga saham ANTM turun 1,59% menjadi Rp 1.235 per saham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar